Namanya Alexa.
Orang-orang biasa memanggilnya Lex. Lex adalah seorang gadis remaja yang
sekarang akan bersiap-siap untuk pergi ke café langganannya untuk menulis atau
menggambar. Yap! Memang itulah salah satu kegemarannya. Lex sering memposting
tulisannya di blog pribadinya dan gambarnya sering ia masukkan di galeri. Kali
ini Lex berpikir untuk menulis kisahnya ketika masih di sekolah menengah
pertama. Kisahnya yang bahkan tak pernah terpikirkan olehnya.
“One cappucino
please..” katanya kepada pramusaji yang menghampirinya.
Tak berapa lama
kemudian, pesanannya datang. Di pagi hari yang dingin ini, memang paling pas
kalau di temani cappucino panas kesukaannya. Semalam, ia berpikir untuk
menuliskan kisah-kisahnya selama di SMP. Sekarang, ia akan mencoba mengingat-ingatnya
kembali sambil meminum cappucino kesukaannya itu.
10 years ago…
“Lex… ayoo… lo
ngapain disitu. Bengong aja. Ke kantin yuk!” kata salah seorang temannya yang
bernama Cinta.
“Iyaa…
bentar-bentar… gua lagi mikirin mau ngelawak apaan nih,” katanya kencang.
Alexa, Cinta,
Sovi, Shella dan Ria adalah 5 sekawan di sekolah itu. Ria awalnya hanya
bersahabat dengan Sovi dan Shella. Namun, seiring berjalannya waktu, ia pun
bersahabat dengan Lex dan Sovi. Ini berawal ketika Alexa yang kala itu sering pulang
bareng bersama Ria. Dari perjalanan mereka itulah, mereka menceritakan
kekocakkan-kekocakkan yang mereka alami selama perjalanan pulang di sekolah. Tak disangka memang.
“Eh, lu udah
nyari buku fisika belom? Yang di suruh itu gara-gara nilai merah,” tanya Alexa.
“Oh iya ya, gua
lupa. Besok di kumpul ya?” jawab Cinta terkejut.
“Gua sih tenang
aja.. kan gua mah gak merah,” kata Sovi sambil tertawa.
Semua orang
langsung terdiam dan melirik satu sama lain. Mereka serempak menjawab, “Lu mah
enak. Pinter. Ya kagak merah lah.” Lalu diiringi oleh tawa.
“Yaudah Lex,
pulang ke mall yuk. Nyari buku nya. Lu mau nitip gak La?” tanya Ria.
“Yaudah.. gua
nitip ya. Besok gua ganti,” jawab Shella.
“Gua sih ayok
ayok ajee..” kata Alexa.
“Gua juga nitip
dong. Besok gua ganti dah. Gua takut gak sempet beli sama nyokap gua. Please…” kata
Cinta dengan muka dimelas-melaskan.
“Kalo gitu, lu
bayarin Cinta, gua bayarin Shella ya Lex,” kata Ria.
“Sep itu
mahhhh…!” jawab Alexa setuju.
Pulang sekolah,
Lex dan Ria pun pergi berdua ke mall. Sampai disana, mereka memilih buku fisika
yang paling murah. Setelah membayarnya, mereka berdua memutuskan untuk
jalan-jalan di sekitar mall.
“Ke toko
aksesoris yuk Lex!” ajak Ria.
“Emang ada?”
tanya Alexa.
“Kayaknya sih
ada. Cari aja yuk!” jawab Ria.
“Ya ayok!”
Setelah lama
mengitari mall, mereka akhirnya kelelahan dan memilih untuk beristirahat. Kaki
mereka terasa hampir lepas.
“Woy! Lu serius
ada apa enggak nih? Dari tadi kita ngiter-ngiter kagak nemu-nemu dah,” kata
Alexa yang mulai emosi.
“Waktu itu ada.
Coba lu tanya satpamnya,” kata Ria.
“Kenapa kagak
dari tadi non!!!” kata Alexa kesal.
Setelah itu, Ria
hanya tertawa memikirkan kebodohannya. Lalu, diikuti kekesalan Alexa yang
membuatnya makin tertawa. Aneh.
“Pak, toko
aksesoris dimana?” tanya Alexa pada pak satpam.
“Di deket butik.
Patokannya toko jam. Kalo udah liat toko jam, jalan aja terus. Gak jauh dari
situ,” jelas pak satpam.
“Oohh… makasih
ya pak,” kata Alexa.
Mereka pun
sekarang terfokus untuk mencari toko jam. Rasanya tadi mereka melewati toko
jam. Tapi dimana? Setelah berkeliling mall lagi untuk sekian lama, mereka
kembali ke pos satpam di lantai dasar.
“Pak, nanya
lagi. Toko jam dimana?” tanya Alexa dengan polosnya sambil cengar cengir.
“Di lantai 2
dek..” kata pak satpam tersenyum.
Ria yang ada di
sebelahnya hanya cekikikan melihat kekonyolan sahabatnya itu. Mereka pun
melanjutkan pencarian dan sampailah mereka di salah satu toko aksesoris.
Setelah lama berada di dalamnya, mereka keluar membawa sekantong kecil
belanjaan. Mereka membeli beberapa ikat rambut dan gelang.
“Laper nih..
udah siang… makan dulu yuk!” ajak Ria.
“Ayo! Makan
dimana?” balas Alexa.
“Foodcourt aja,”
jawab Ria.
Sehabis makan,
mereka memutuskan untuk bermain sebentar di area bermain. Setelah menggesek
kartu, Alexa memilih lagu untuk dijadikan lagu pop dance nya. Ria tidak ikut
karna tidak bisa bermainnya. Tanpa disangka-sangka, Ria datang dan langsung
memilih lagu dangdut.
“Nyemottt… kan
lu kagak main,” kata Alexa kesal.
“Yaudahlah… udah
terlanjur. Lu mainin aja. Hahahaha…” tawa Ria.
Alexa pun yang
tak konsentrasi bermain karna selalu tertawa mendengar alunan musik dangdut, kalah
dalam permainan. Dan hal itu membuat Ria puas telah mengerjai Lex.
“Ya, ke bioskop
yuk. Liat film,” ajak Alexa.
“Oke!” jawab
Ria.
Alexa dan Ria
pun berjalan ke bioskop sambil tertawa-tertawa mengingat-ingat kejadian tadi.
Sampai-sampai, mereka salah masuk tempat. Yang mereka masuki adalah tempat gym.
Yang lucunya lagi, mereka dengan pede nya masuk sambil tertawa terbahak-bahak
dan sesaat kemudian berhenti karna sadar mereka salah tempat dan keluar sambil
menahan malu. Sesampainya di luar, mereka tak tahan lagi menahan tawa. Itu
adalah salah satu adegan memalukan dalam hidupnya. Akhirnya, mereka sampai di
bioskop dengan baik dan benar. Sesampainya di dalam, hanya beberapa saat,
mereka kembali ke luar lagi sambil tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan.
“Mending
sekarang kita pulang aja,” ajak Ria tak kuat menahan rasa malu.
“Ide bagus.
Laksanakan!” jawab Alexa.
Di perjalanan
pulang pun, mereka masih tertawa terbahak-bahak. Lalu tiba-tiba mereka berhenti
di depan salah satu restoran dan tertawa karna melihat nama restoran itu mirip
dengan nama ibunya Sovi.
“Lex, kalo gua
bawa hape, gua foto lu di depan situ. Sumpah, ngakak abis gua,” kata Ria.
Mereka
melanjutkan perjalanan pulang mereka. Sesampainya di rumah, Lex tak tahan untuk
segera langsung meng-update status BBM. Dan, ia pun langsung mengoceh di sana
membicarakan tentang kekonyolan mereka tadi.
Keesokkannya,
mereka masih heboh dengan kejadian-kejadian kemarin. Tanpa tanggung-tanggung,
mereka menceritakan semua detail kehebohan mereka di mall. Sontak cerita mereka
menimbulkan canda tawa hangat diantara mereka semua.
Sekarang saatnya
mereka untuk fokus pada ujian kenaikan kelas yang akan diadakan beberapa minggu
lagi. Semua orang giat belajar.
Setelah beberapa
hari berlalu, tibalah saatnya mereka untuk melakukan apa yang disebut orang
‘classmeeting’. Semua orang sangat bersemangat untuk menunjukkan kehebatan
kelas mereka masing-masing. Memang hanya beberapa perlombaan saja. Seperti
menggambar, futsal, bernyanyi dalam bahasa mandarin, puisi, bola basket, dll.
Mereka sangat bersemangat. Namun, hal yang tak disangka, ternyata kepala
sekolah mereka memberi tugas kepada mereka. Sebenarnya kelompok Alexa, Ria,
Cinta, Sovi dan Shella sudah mengerjakan tugas mereka dengan baik. Tapi, ada
beberapa kelompok yang belum mengerjakan. Jadi, se-angkatan harus bekerja keras
untuk menyelesaikan tugas menyulam itu dalam sehari. Satu sekolah dibuat pusing
oleh satu tugas itu. Tugas itu jugalah yang membatalkan seluruh classmeeting.
Banyak dari mereka yang kecewa karena classmeet yang hanya diadakan sehari
dalam setahun itu pun gagal. Mereka menyalahkan kepala sekolah mereka.
Guru-guru pun dibuat pusing karna banyak dari kelas-kelas yang tidak ada guru
pendampingnya karna memang semestinya tidak ada dalam jadwal. Hari itu adalah
hari yang merempongkan. Belum lagi salah seorang guru mau keluar dari sekolah
itu dan membuat Ria dan Cinta menangis. Terutama Ria.
Pulang sekolah,
beberapa dari mereka berkumpul di kantin. Awalnya, ada Alexa, Ria, Sovi dan
Cinta. Shella tidak hadir dalam pertemuan itu karena sudah dijemput terlebih
dahulu oleh mamanya. Di kantin, mereka membicarakan hal-hal yang tidak penting
dan bercanda gurau. Namun, salah satu dari mereka nampak tidak puas tertawanya.
Ria lah orangnya.
“Ya, lu kenapa?
Dari tadi kok liatin hape mulu dah?” tanya Alexa sambil duduk di sebelahnya dan
melongok meliahat isi hape Ria.
“Ah, apaan sih
lu. Kepo banget. Ini urusan keluarga,” jawab Ria marah sambil berpindah tempat.
Tak lama
kemudian, Alexa pindah ke sebelah tempat duduk Ria lagi dan bertanya hal yang
sama. Hal ini membuat Ria tambah marah. Padahal sebetulnya dari tadi tidak ada
yang membuat Ria kesal karna dari tadi memang sebenarnya mereka tertawa
bersama-sama. Itu juga yang membuat Alexa bingung. Tak lama kemudian, Sovi di
jemput. Tinggal Alexa, Ria, dan Cinta. Cinta menunggu kakaknya yang ada di SMA.
Tak lama setelah
mereka tertawa lagi, suasana menjadi hening. Kemudian Janice datang.
“Gua kira,
tinggal gua sendiri anak SMP di sekolah ini yang belom di jemput. Kalo gitu gua
kesini aja dah dari tadi. Lagi ngomongin apaan sih?” tanya Janice, salah
seorang teman mereka dari kelas sebelah.
“Ya, sebenernya
lu kenapa sih? Cerita sama kita. Kita disini sahabat,” kata Cinta.
Ria hanya
menggeleng. Kemudian dia nampak bersedih dan beberapa menit kemudian menangis.
“Keluarga gua
kena konflik gitu. Pokoknya gua gak pengen ada di rumah. Gua makanya tinggalnya
di apartemen. Disana juga ternyata gua gak bisa tenang,” cerita Ria sambil
menangis.
“Konflik apa?”
tanya Cinta.
“Kalian harus
janji dulu sama gua kalian gak boleh cepu ke siapa-siapa,” tutur Ria.
“Kita janji. Dan gua juga gak bakalanlah
bocorin kalo soalnya kayak gini,” kata Alexa sungguh-sungguh.
Setelah cerita
panjang lebar dan nangis-nagisan, mereka tiba-tiba tertawa.
“Yaampun, sat
dah. Perasaan lu baru nangis udah ketawa aja kayak kuntilanak baru lepas,” kata
Alexa memecahkan suasana.
Selanjutnya,
mereka tertawa-tawa menertawakan hal yang tidak jelas.
Flashback end…
Kalau
dipikir-pikir, manis getirnya persahabatan sudah dirasakan oleh mereka. Lantas?
Apa hanya itu? Setiap persahabatan tak mungkin berjalan mulus. Kalau tanpa
badai, tak mungkin tercipta pelangi.
Tak disangka,
capuccino yang tadi dipesan Alexa sudah habis. Hanya memikirkannya saja tak
terasa setengah hari sudah berlalu. Sekarang, ia akan beranjak mencari makan
siangnya. Ia berjalan berkeliling kota London. Walaupun hobinya menulis dan
menggambar, tapi pekerjaan Alexa sebenarnya adalah seorang duta besar di
London. Menulis dan menggambar hanya dilakukannya di waktu senggangnya seperti
hari Sabtu dan Minggu atau hari libur seperti ini.
Ia pergi ke
salah satu restoran langganannya. Ia sudah lama sekali tak pergi ke tempat itu.
Pekerjaannya menyita banyak waktunya. Tak jarang di hari Sabtu atau Minggu pun
ia terkadang masih terlihat sibuk di kantor.
“Hello, long
time no see,” sapanya pada pemilik restoran yang sudah lama dikenalnya itu.
“Hey! Where are
you going this time?” tanya pemilik restoran itu.
“Well, you know.
Working,” jawab Alexa.
“You must be
tired right? I’ll make you your favourite fried squid,” kata pemilik restoran.
“Thank you,”
balas Alexa tersenyum.
Tiba-tiba, ada
seorang pria yang menyentuh pundak Alexa. Lex pun menoleh kebelakang dan
melihat paras pria itu. Ia tampak mengenalinya tapi, ia lupa.
“Alexa?” kata
pria itu.
“Yes. Who are
you? What do you want?” tanya Alexa langsung.
“Hahaha… Alexa…
kamu ini masih sama seperti dulu. Curigaan,” kata pria itu.
“Anda siapa?”
tanya Alexa.
“Kamu lupa saya?
Hahaha. Memang sudah lama kita tak berjumpa. Sejak kelas 9 kan?”
Alexa mencoba
mengingat-ingat wajah orang itu. Pria berkacamata, berperawakan tinggi dan kurus,
berpipi tirus. Siapa orang ini? Jangan-jangan Rangga, cinta pertamanya di SMP.
“Jangan-jangan
lo… Rangga ya?,” tanya Lex.
“Ternyata masih
inget juga,” sahut Rangga.
“Gak mungkin
lupa kali. Lo orang pertama yang bikin gua patah hati di SMP. Dan lo mesti tau
itu,” jelas Alexa. Kemudian, dia pergi meninggalkan Rangga. Ia berpapasan
dengan pemilik restoran.
“Alexa! Where
are you going?” tanya pemilik restoran.
“Sorry. I must
go now,” jawab Alexa.
Alexa berlari
sambil mencoba menahan air matanya walaupun ia sebenarnya tahu, itu tak mungkin
bisa terjadi. Air matanya tetap menetes. Ia berlari tanpa arah tujuan. “Lex,
tunggu! Aku harus ngasih tau kamu sesuatu,” seru Rangga terhiraukan oleh Lex.
Makin lama, semakin jauh berlari, Lex semakin tak kuat menahan air matanya. Ia
memutuskan untuk berhenti di sebuah taman bermain yang sepi. Ia duduk di salah
satu ayunan.
Tak lama
kemudian, Rangga datang. Nafasnya terengah-engah mengejar Alexa. Lex yang sudah
terlalu lelah berlari memutuskan untuk menerima kedatangan Rangga dan
membiarkannya duduk di ayunan sebelahnya.
“Lex…” katanya
pelan dalam keheningan.
“Lo masih inget
chat gue waktu itu? Saat gue kirim teks panjang kali lebar ke elo pake bahasa
inggris?” tanya Alexa.
Rangga hanya
mengangguk pasrah mengingat kejadian itu.
“Saat itu, gue
bener-bener sayang banget sama lo. Tapi, ternyata lu lebih bejat dari yang gue
pikirin. Gue gak nyangka lu tega banget gantungin gue dengan cara yang
nyakitin. Dan lo inget kata-kata gue waktu itu? As a human, I want another
human be happy as I did. But as a girl, I don’t want to be the hurted most.
Sejak itu, gue udah berusaha ngelupain elo. Tapi, gue gak akan pernah maafin
lu. Sorry ya,” jelas Alexa. Ia langsung pergi berlari meninggalkan Rangga
sendirian.
Alexa pulang ke
apartemennya dengan bersedih. Jelas tampak dalam raut wajahnya, ia sedang
bersedih. Teringat olehnya saat Rangga menyakiti dirinya. Dan dia tiba-tiba
teringat tentang cerita cinta Cinta. Cinta, sahabatnya pernah jatuh cinta
dengan Romi, mantan Ria.
Flashback…
Hari ini
rombongan sekolah Alexa akan pergi karyawisata ke Bandung. Mereka mengunjungi
salah satu tempat wisata, Tangkuban Perahu dan Ciwalk. Kala itu adalah
masa-masa dimana mereka masih sangat kompak satu dengan yang lainnya.
“Cin, lu kenapa?
Dari tadi senyam senyum sendiri gak jelas gitu,” tanya Alexa.
“Gak
kenapa-napa. Emang gak boleh apa?” tanyanya balik.
“Enggak
kenapa-napa sih,” balasnya lagi.
Alexa pun
terdiam curiga melihat perilaku Cinta. Namun, tanpa berpikir panjang, ia membiarkan saja hal itu berlalu.
Saat diperjalanan, Cinta tiba-tiba tertawa kegirangan.
“Cin, lu ngapa
dah? Udah sarap?” tanya Ria heran.
“Gua jadian,”
jawab Cinta singkat.
“Hah? Serius
lu?” kata Ria tercengang.
Namun,
pertanyaan Ria tak digubris oleh Cinta. Cinta hanya tertawa cekikikan. Perjalanan
pun berlanjut dengan lancar. Sesekali mereka berhenti di rest area dan
melanjutkan perjalanan mereka lagi. Selanjutnya, mereka sampai di Tangkuban
Perahu dengan selamat. Disana, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok.
Sekarang tiba saatnya Alexa dan Shella yang sekelompok. Mereka pergi
bersama-sama dengan kelompok mereka. Saat di atas, Alexa dan Shella membeli
sebuah gelang berwarna pink sama-sama.
Beberapa jam
berlalu. Semua siswa dan siswi sudah berkumpul kembali di parkiran bus dan siap
untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Ciwalk.
Sesampainya
disana, daerahnya sedang ramai pengunjung. Alexa, Ria, Cinta, Sovi, dan Shella
berjalan-jalan di sekeliling kawasan Ciwalk. Mereka menghampiri seorang pedagan
kaki lima yang sedang berjualan kalung Dream Cathcer. Untuk kali ini, Cinta
yang mentraktir mereka semua. Selanjutnya, mereka pergi ke toko aksesoris dan
membeli es krim. Karena waktunya yang sedikit, mereka tidak sempat menjelajah
Ciwalk dengan leluasa.
Saatnya
perjalanan pulang. Tiba-tiba, entah darimana datangnya, Alexa mengetahui kalau
ternyata Cinta jadian sama Romi, mantan pacar Ria dan langsung menanyakannya.
“Cin, lu jadian
sama Romi?” tanya Alexa blak-blakan.
“Iya. Baru tau
lu?” balas Cinta.
“Hah? Seriusan
lu? Dia kan mantannya Ria,” kata Alexa.
“Iya. Serius.
Gua udah tau itu juga kali. Kalo gua gak jadian, mana mau gua beliin kalian
kalung dream catcher,” jawab Cinta.
“Owh, jadi ini
ceritanya PJ nih. Oi temen-temen ternyata ini PJ loh,” teriak Alexa sambil
menunjukkan kalung dream catcher barunya. Tapi sangat disayangkan, waktu itu,
bis sedang ramai-ramainya. Setiap orang asik dengan dirinya sendiri.
Jelang beberapa
minggu kemudian, Romi dan Cinta putus. Cinta yang dilanda kegalauan pun mencari
cinta barunya. Lalu, bertemulah ia dengan Aldi. Cinta akhirnya jatuh cinta pada
Adli dan mulai mendekatinya via BBM. Namun, sangat disayangkan ternyata Adli
tidak memiliki perasaan yang sama dengan Cinta. Cinta yang patah hati curhat
dengan para sahabatnya.
“Gila, gua gak
nyangka. Yaudah deh, gua mau move on aja,”
curhat Cinta.
“Emang kayak
gitu deh harusnya Cin,” sahut Ria.
“Mungkin dia
emang bukan jodoh lu kali,” kata Sovi.
“Iya, Cin. Gak usah
dipikirin lagi tuh cowok,” balas Shella.
“Tuh kan kata
gua apa. Emang tu cowok gak gentle. Lu harus cari yang baru lagi,” kata Ria.
“Lu pada ngomongin
apa sih dari tadi?” tanya Lex.
“Bodo amat Lex,”
kat Cinta, Ria, Sovi dan Shella bersamaan.
“Hehehe… maap. Otak
gua lagi mampet nih,” kata Alexa.
“Bukannya otak
lu emang selalu mampet ya,” kata Ria.
“Wah, parah banget
lu Ya,” sahut Sovi.
Curhatan Cinta yang
tadinya begitu serius pun dipecahkan oleh kebolotan Alexa yang katanya sih lagi
gak nyambung. Atau memang ada korsleting listrik di otaknya? Jadi ya gitu deh.
Flashback end…
Tiba-tiba, Alexa
tertawa mengingat kejadian itu. Entah kenapa sekarang ia baru merasa sangat
bodoh. Dia lalu pergi ke salah satu kamar di apartemennya. Kamar itu tampak
gelap, berantakan dan berdebu. Sejak hari pertamanya pindah ke apartemen itu,
memang dia hanya menjadikan kamar itu sebagai gudang dan tak pernah
membereskannya.
Alexa nampak
sibuk membongkar setiap kardus. Dia seperti mencari sesuatu. Tumpukan debu pun
tak terhelakan olehnya. ‘Kayaknya gue emang harus beresin ni gudang,’ pikirnya.
Setelah lama mencari akhirnya Alexa menemukan barang yang dicarinya. Sebuah buku
dengan judul ‘Memory Keeper’. Alexa membawa buku itu ke ruang tamu dan
meninggalkan gudang yang sekarang nampak sangat berantakan, bahkan melebihi
sebelumnya.
Sambil memakan
spaghetti dan meminum teh manis panas, Alexa membuka satu per satu halaman dari
buku itu. Buku itu menceritakan tentang kenangan-kenangannya selama bersekolah.
Mulai dari ia TK hingga lulus. Terkadang, dia tertawa geli melihat foto atau
tulisan dirinya. Lucu memang. Namun, tiba-tiba ia teringat akan perpecahan
sahabat-sahabatnya. Tapi, ia tak ingat penyebabnya. Ia mulai berpikir keras
untuk mengingatnya.
Keesokkan harinya,
tibalah saatnya Lex harus kembali masuk kantor. Kantornya yang megah disertai
dengan banyak karyawan sangat serasi dengan penampilan Lex hari itu.
“Morning ms..”
kata salah seorang karyawannya.
“Morning,”
balasnya tersenyum.
“This letter
belongs to you, Ms. Alexa,” kata karyawannya itu.
“From who?”
tanya Alexa balik.
“Your ex-school,”
jawab karyawannya.
Tanpa basa-basi
lagi, Alexa langsung membawa surat itu ke ruangannya. Ia penasaran, surat
apakah itu. Tanpa pikir panjang lagi, Alexa langsung membukanya dan membacanya.
Ternyata itu adalah surat reuni sekolahnya. Segera ia menghubungi sekretarisnya
untuk mengecek jadwal-jadwalnya. Sangat disayangkan, tepat pada hari itu, ia
harus pergi ke China. Lalu, ia memutuskan untuk berangkat ke Indonesia sekarang
juga. Ia akan melakukan reuni itu terlebih dahulu.
Di pesawat, Lex
mencoba mengingat-ingat lagi apa yang membuat persahabatannya terpecah-pecah. Seingatnya,
di penghujung kelas 9, mereka tak bersatu padu lagi. Alexa dengan Ria, Sovi
dengan Lisa, Shella dengan Janice, Cinta dengan Anti. Apa yang menyebabkannya
ya.
Oh iya, semua
ini bermula ketika Ria jatuh cinta dengan Adli, mantan gebetannya Cinta. Awalnya,
mereka hanya chatting di BBM. Ria chatting dengan Adli hanya untuk membuat Cinta
cemburu. Namun lama kelamaan, ternyata Ria dan Adli saling suka. Dan tiba-tiba,
Adli menembak Ria.
Flashback…
“Lex, menurut
lu, gua terima Adli apa enggak ya?” tanya Ria.
“Gak tau. Kalo masalah
kayak gitu jangan tanya sama gua. Tapi, gimana nanti sama Cinta,” jawab Alexa.
“Kata Sovi sama
Shella sih terima aja. Karna emang Adli tu dari awal gak suka sama Cinta. Gua sih
udah ngomong sama Cinta. Katanya sih dia gak papa,” kata Ria.
“Ya tapi kan
tetep aja sih namanya juga cewek. Pasti sakit hati lah Ya. Lu kan sahabatnya,”
balas Alexa.
“Jadi gimana
dong? Anak-anak sih pada bilang ke gua suruh terima aja,” katanya.
“Ya terserah lu
sih. Terima aja juga gua gak masalah,” jawab Alexa polos.
Setelah Alexa
menjawab Ria, ia langsung menyesal. Tak seharusnya ia setuju. Karna benar apa
yang ada di pikirannya. Setelah Ria menerima Adli, hubungan Ria dan Cinta
menjadi awkward. Dan Alexa menjadi kasihan dengan Cinta.
Flashback end…
Ya, dari situlah
persahabatannya pecah. Cinta yang merasa semua orang yang sudah sibuk memilih
mundur dari persahabatan mereka dan memilih Anti sebagai sahabat barunya.
Waktu tak terasa
berlalu dengan cepat. Alexa sudah sampai di sekolah lamanya sambil memakan es
krim yoghurt favorit nya.
“Lex? Alexa kan?
Kemana aja lu?” tanya seseorang.
“Pak Gembel?”
jawabnya.
“Hahaha.. lu
ngapain disini,” katanya.
“Kagak
ngapa-ngapa. Gua gak bisa ikut reunian ntar. Sibuk gua. Jadinya sekarang aja
gua reunian. Hehehe…” jawab Alexa.
“Alahh… sok
sibuk lu. Emang sekarang lu ngapain?” tanya orang itu.
“Kerja lah gua. Gua
di Inggris. Kok lu masih disini aja sih pak?” tanya Alexa balik.
“Weh, serius lu?
Jadi gembel lu di Inggris? Hahaha… iya nih. Gua masih disini-sini aja,”
katanya.
“Yaudahlah…
dasar gembel. Gua mau chaw dulu dah. Kapan-kapan gua traktir dah lu,” kata
Alexa yang kemudian pergi.
Hari-harinya di
sekolah terasa terulang kembali. Masih teringat dalam benaknya saat dirinya
bersama ke-4 sahabatnya yang lain terjatuh di koridor, berlari di lapangan,
tertawa di tangga, bernyanyi di kelas, dan ngobrol di kantin. Rasanya,
hari-hari seperti itu tak mungkin dapat tergantikan. Tapi ia masih tak
menyangka hanya karena seorang cowok dapat merusak persahabatan mereka. Ingin rasanya
suatu hari nanti, ia duduk reuni bersama dengan yang lainnya sambil bercanda
gurau seperti dulu.
~THE
END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar