Kamis, 02 April 2015

My School Story


Namanya Alexa. Orang-orang biasa memanggilnya Lex. Lex adalah seorang gadis remaja yang sekarang akan bersiap-siap untuk pergi ke café langganannya untuk menulis atau menggambar. Yap! Memang itulah salah satu kegemarannya. Lex sering memposting tulisannya di blog pribadinya dan gambarnya sering ia masukkan di galeri. Kali ini Lex berpikir untuk menulis kisahnya ketika masih di sekolah menengah pertama. Kisahnya yang bahkan tak pernah terpikirkan olehnya.
“One cappucino please..” katanya kepada pramusaji yang menghampirinya.
Tak berapa lama kemudian, pesanannya datang. Di pagi hari yang dingin ini, memang paling pas kalau di temani cappucino panas kesukaannya. Semalam, ia berpikir untuk menuliskan kisah-kisahnya selama di SMP. Sekarang, ia akan mencoba mengingat-ingatnya kembali sambil meminum cappucino kesukaannya itu.
10 years ago…
“Lex… ayoo… lo ngapain disitu. Bengong aja. Ke kantin yuk!” kata salah seorang temannya yang bernama Cinta.
“Iyaa… bentar-bentar… gua lagi mikirin mau ngelawak apaan nih,” katanya kencang.
Alexa, Cinta, Sovi, Shella dan Ria adalah 5 sekawan di sekolah itu. Ria awalnya hanya bersahabat dengan Sovi dan Shella. Namun, seiring berjalannya waktu, ia pun bersahabat dengan Lex dan Sovi. Ini berawal ketika Alexa yang kala itu sering pulang bareng bersama Ria. Dari perjalanan mereka itulah, mereka menceritakan kekocakkan-kekocakkan yang mereka alami selama perjalanan pulang di sekolah.  Tak disangka memang.
“Eh, lu udah nyari buku fisika belom? Yang di suruh itu gara-gara nilai merah,” tanya Alexa.
“Oh iya ya, gua lupa. Besok di kumpul ya?” jawab Cinta terkejut.
“Gua sih tenang aja.. kan gua mah gak merah,” kata Sovi sambil tertawa.
Semua orang langsung terdiam dan melirik satu sama lain. Mereka serempak menjawab, “Lu mah enak. Pinter. Ya kagak merah lah.” Lalu diiringi oleh tawa.
“Yaudah Lex, pulang ke mall yuk. Nyari buku nya. Lu mau nitip gak La?” tanya Ria.
“Yaudah.. gua nitip ya. Besok gua ganti,” jawab Shella.
“Gua sih ayok ayok ajee..” kata Alexa.
“Gua juga nitip dong. Besok gua ganti dah. Gua takut gak sempet beli sama nyokap gua. Please…” kata Cinta dengan muka dimelas-melaskan.
“Kalo gitu, lu bayarin Cinta, gua bayarin Shella ya Lex,” kata Ria.
“Sep itu mahhhh…!” jawab Alexa setuju.
Pulang sekolah, Lex dan Ria pun pergi berdua ke mall. Sampai disana, mereka memilih buku fisika yang paling murah. Setelah membayarnya, mereka berdua memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar mall.
“Ke toko aksesoris yuk Lex!” ajak Ria.
“Emang ada?” tanya Alexa.
“Kayaknya sih ada. Cari aja yuk!” jawab Ria.
“Ya ayok!”
Setelah lama mengitari mall, mereka akhirnya kelelahan dan memilih untuk beristirahat. Kaki mereka terasa hampir lepas.
“Woy! Lu serius ada apa enggak nih? Dari tadi kita ngiter-ngiter kagak nemu-nemu dah,” kata Alexa yang mulai emosi.
“Waktu itu ada. Coba lu tanya satpamnya,” kata Ria.
“Kenapa kagak dari tadi non!!!” kata Alexa kesal.
Setelah itu, Ria hanya tertawa memikirkan kebodohannya. Lalu, diikuti kekesalan Alexa yang membuatnya makin tertawa. Aneh.
“Pak, toko aksesoris dimana?” tanya Alexa pada pak satpam.
“Di deket butik. Patokannya toko jam. Kalo udah liat toko jam, jalan aja terus. Gak jauh dari situ,” jelas pak satpam.
“Oohh… makasih ya pak,” kata Alexa.
Mereka pun sekarang terfokus untuk mencari toko jam. Rasanya tadi mereka melewati toko jam. Tapi dimana? Setelah berkeliling mall lagi untuk sekian lama, mereka kembali ke pos satpam di lantai dasar.
“Pak, nanya lagi. Toko jam dimana?” tanya Alexa dengan polosnya sambil cengar cengir.
“Di lantai 2 dek..” kata pak satpam tersenyum.
Ria yang ada di sebelahnya hanya cekikikan melihat kekonyolan sahabatnya itu. Mereka pun melanjutkan pencarian dan sampailah mereka di salah satu toko aksesoris. Setelah lama berada di dalamnya, mereka keluar membawa sekantong kecil belanjaan. Mereka membeli beberapa ikat rambut dan gelang.
“Laper nih.. udah siang… makan dulu yuk!” ajak Ria.
“Ayo! Makan dimana?” balas Alexa.
“Foodcourt aja,” jawab Ria.
Sehabis makan, mereka memutuskan untuk bermain sebentar di area bermain. Setelah menggesek kartu, Alexa memilih lagu untuk dijadikan lagu pop dance nya. Ria tidak ikut karna tidak bisa bermainnya. Tanpa disangka-sangka, Ria datang dan langsung memilih lagu dangdut.
“Nyemottt… kan lu kagak main,” kata Alexa kesal.
“Yaudahlah… udah terlanjur. Lu mainin aja. Hahahaha…” tawa Ria.
Alexa pun yang tak konsentrasi bermain karna selalu tertawa mendengar alunan musik dangdut, kalah dalam permainan. Dan hal itu membuat Ria puas telah mengerjai Lex.
“Ya, ke bioskop yuk. Liat film,” ajak Alexa.
“Oke!” jawab Ria.
Alexa dan Ria pun berjalan ke bioskop sambil tertawa-tertawa mengingat-ingat kejadian tadi. Sampai-sampai, mereka salah masuk tempat. Yang mereka masuki adalah tempat gym. Yang lucunya lagi, mereka dengan pede nya masuk sambil tertawa terbahak-bahak dan sesaat kemudian berhenti karna sadar mereka salah tempat dan keluar sambil menahan malu. Sesampainya di luar, mereka tak tahan lagi menahan tawa. Itu adalah salah satu adegan memalukan dalam hidupnya. Akhirnya, mereka sampai di bioskop dengan baik dan benar. Sesampainya di dalam, hanya beberapa saat, mereka kembali ke luar lagi sambil tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan.
“Mending sekarang kita pulang aja,” ajak Ria tak kuat menahan rasa malu.
“Ide bagus. Laksanakan!” jawab Alexa.
Di perjalanan pulang pun, mereka masih tertawa terbahak-bahak. Lalu tiba-tiba mereka berhenti di depan salah satu restoran dan tertawa karna melihat nama restoran itu mirip dengan nama ibunya Sovi.
“Lex, kalo gua bawa hape, gua foto lu di depan situ. Sumpah, ngakak abis gua,” kata Ria.
Mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka. Sesampainya di rumah, Lex tak tahan untuk segera langsung meng-update status BBM. Dan, ia pun langsung mengoceh di sana membicarakan tentang kekonyolan mereka tadi.
Keesokkannya, mereka masih heboh dengan kejadian-kejadian kemarin. Tanpa tanggung-tanggung, mereka menceritakan semua detail kehebohan mereka di mall. Sontak cerita mereka menimbulkan canda tawa hangat diantara mereka semua.
Sekarang saatnya mereka untuk fokus pada ujian kenaikan kelas yang akan diadakan beberapa minggu lagi. Semua orang giat belajar.
Setelah beberapa hari berlalu, tibalah saatnya mereka untuk melakukan apa yang disebut orang ‘classmeeting’. Semua orang sangat bersemangat untuk menunjukkan kehebatan kelas mereka masing-masing. Memang hanya beberapa perlombaan saja. Seperti menggambar, futsal, bernyanyi dalam bahasa mandarin, puisi, bola basket, dll. Mereka sangat bersemangat. Namun, hal yang tak disangka, ternyata kepala sekolah mereka memberi tugas kepada mereka. Sebenarnya kelompok Alexa, Ria, Cinta, Sovi dan Shella sudah mengerjakan tugas mereka dengan baik. Tapi, ada beberapa kelompok yang belum mengerjakan. Jadi, se-angkatan harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas menyulam itu dalam sehari. Satu sekolah dibuat pusing oleh satu tugas itu. Tugas itu jugalah yang membatalkan seluruh classmeeting. Banyak dari mereka yang kecewa karena classmeet yang hanya diadakan sehari dalam setahun itu pun gagal. Mereka menyalahkan kepala sekolah mereka. Guru-guru pun dibuat pusing karna banyak dari kelas-kelas yang tidak ada guru pendampingnya karna memang semestinya tidak ada dalam jadwal. Hari itu adalah hari yang merempongkan. Belum lagi salah seorang guru mau keluar dari sekolah itu dan membuat Ria dan Cinta menangis. Terutama Ria.
Pulang sekolah, beberapa dari mereka berkumpul di kantin. Awalnya, ada Alexa, Ria, Sovi dan Cinta. Shella tidak hadir dalam pertemuan itu karena sudah dijemput terlebih dahulu oleh mamanya. Di kantin, mereka membicarakan hal-hal yang tidak penting dan bercanda gurau. Namun, salah satu dari mereka nampak tidak puas tertawanya. Ria lah orangnya.
“Ya, lu kenapa? Dari tadi kok liatin hape mulu dah?” tanya Alexa sambil duduk di sebelahnya dan melongok meliahat isi hape Ria.
“Ah, apaan sih lu. Kepo banget. Ini urusan keluarga,” jawab Ria marah sambil berpindah tempat.
Tak lama kemudian, Alexa pindah ke sebelah tempat duduk Ria lagi dan bertanya hal yang sama. Hal ini membuat Ria tambah marah. Padahal sebetulnya dari tadi tidak ada yang membuat Ria kesal karna dari tadi memang sebenarnya mereka tertawa bersama-sama. Itu juga yang membuat Alexa bingung. Tak lama kemudian, Sovi di jemput. Tinggal Alexa, Ria, dan Cinta. Cinta menunggu kakaknya yang ada di SMA.
Tak lama setelah mereka tertawa lagi, suasana menjadi hening. Kemudian Janice datang.
“Gua kira, tinggal gua sendiri anak SMP di sekolah ini yang belom di jemput. Kalo gitu gua kesini aja dah dari tadi. Lagi ngomongin apaan sih?” tanya Janice, salah seorang teman mereka dari kelas sebelah.
“Ya, sebenernya lu kenapa sih? Cerita sama kita. Kita disini sahabat,” kata Cinta.
Ria hanya menggeleng. Kemudian dia nampak bersedih dan beberapa menit kemudian menangis.
“Keluarga gua kena konflik gitu. Pokoknya gua gak pengen ada di rumah. Gua makanya tinggalnya di apartemen. Disana juga ternyata gua gak bisa tenang,” cerita Ria sambil menangis.
“Konflik apa?” tanya Cinta.
“Kalian harus janji dulu sama gua kalian gak boleh cepu ke siapa-siapa,” tutur Ria.
 “Kita janji. Dan gua juga gak bakalanlah bocorin kalo soalnya kayak gini,” kata Alexa sungguh-sungguh.
Setelah cerita panjang lebar dan nangis-nagisan, mereka tiba-tiba tertawa.
“Yaampun, sat dah. Perasaan lu baru nangis udah ketawa aja kayak kuntilanak baru lepas,” kata Alexa memecahkan suasana.
Selanjutnya, mereka tertawa-tawa menertawakan hal yang tidak jelas.

Flashback end…

Kalau dipikir-pikir, manis getirnya persahabatan sudah dirasakan oleh mereka. Lantas? Apa hanya itu? Setiap persahabatan tak mungkin berjalan mulus. Kalau tanpa badai, tak mungkin tercipta pelangi.
Tak disangka, capuccino yang tadi dipesan Alexa sudah habis. Hanya memikirkannya saja tak terasa setengah hari sudah berlalu. Sekarang, ia akan beranjak mencari makan siangnya. Ia berjalan berkeliling kota London. Walaupun hobinya menulis dan menggambar, tapi pekerjaan Alexa sebenarnya adalah seorang duta besar di London. Menulis dan menggambar hanya dilakukannya di waktu senggangnya seperti hari Sabtu dan Minggu atau hari libur seperti ini.
Ia pergi ke salah satu restoran langganannya. Ia sudah lama sekali tak pergi ke tempat itu. Pekerjaannya menyita banyak waktunya. Tak jarang di hari Sabtu atau Minggu pun ia terkadang masih terlihat sibuk di kantor.
“Hello, long time no see,” sapanya pada pemilik restoran yang sudah lama dikenalnya itu.
“Hey! Where are you going this time?” tanya pemilik restoran itu.
“Well, you know. Working,” jawab Alexa.
“You must be tired right? I’ll make you your favourite fried squid,” kata pemilik restoran.
“Thank you,” balas Alexa tersenyum.
Tiba-tiba, ada seorang pria yang menyentuh pundak Alexa. Lex pun menoleh kebelakang dan melihat paras pria itu. Ia tampak mengenalinya tapi, ia lupa.
“Alexa?” kata pria itu.
“Yes. Who are you? What do you want?” tanya Alexa langsung.
“Hahaha… Alexa… kamu ini masih sama seperti dulu. Curigaan,” kata pria itu.
“Anda siapa?” tanya Alexa.
“Kamu lupa saya? Hahaha. Memang sudah lama kita tak berjumpa. Sejak kelas 9 kan?”
Alexa mencoba mengingat-ingat wajah orang itu. Pria berkacamata, berperawakan tinggi dan kurus, berpipi tirus. Siapa orang ini? Jangan-jangan Rangga, cinta pertamanya di SMP.
“Jangan-jangan lo… Rangga ya?,” tanya Lex.
“Ternyata masih inget juga,” sahut Rangga.
“Gak mungkin lupa kali. Lo orang pertama yang bikin gua patah hati di SMP. Dan lo mesti tau itu,” jelas Alexa. Kemudian, dia pergi meninggalkan Rangga. Ia berpapasan dengan pemilik restoran.
“Alexa! Where are you going?” tanya pemilik restoran.
“Sorry. I must go now,” jawab Alexa.
Alexa berlari sambil mencoba menahan air matanya walaupun ia sebenarnya tahu, itu tak mungkin bisa terjadi. Air matanya tetap menetes. Ia berlari tanpa arah tujuan. “Lex, tunggu! Aku harus ngasih tau kamu sesuatu,” seru Rangga terhiraukan oleh Lex. Makin lama, semakin jauh berlari, Lex semakin tak kuat menahan air matanya. Ia memutuskan untuk berhenti di sebuah taman bermain yang sepi. Ia duduk di salah satu ayunan.
Tak lama kemudian, Rangga datang. Nafasnya terengah-engah mengejar Alexa. Lex yang sudah terlalu lelah berlari memutuskan untuk menerima kedatangan Rangga dan membiarkannya duduk di ayunan sebelahnya.
“Lex…” katanya pelan dalam keheningan.
“Lo masih inget chat gue waktu itu? Saat gue kirim teks panjang kali lebar ke elo pake bahasa inggris?” tanya Alexa.
Rangga hanya mengangguk pasrah mengingat kejadian itu.
“Saat itu, gue bener-bener sayang banget sama lo. Tapi, ternyata lu lebih bejat dari yang gue pikirin. Gue gak nyangka lu tega banget gantungin gue dengan cara yang nyakitin. Dan lo inget kata-kata gue waktu itu? As a human, I want another human be happy as I did. But as a girl, I don’t want to be the hurted most. Sejak itu, gue udah berusaha ngelupain elo. Tapi, gue gak akan pernah maafin lu. Sorry ya,” jelas Alexa. Ia langsung pergi berlari meninggalkan Rangga sendirian.
Alexa pulang ke apartemennya dengan bersedih. Jelas tampak dalam raut wajahnya, ia sedang bersedih. Teringat olehnya saat Rangga menyakiti dirinya. Dan dia tiba-tiba teringat tentang cerita cinta Cinta. Cinta, sahabatnya pernah jatuh cinta dengan Romi, mantan Ria.
Flashback…

Hari ini rombongan sekolah Alexa akan pergi karyawisata ke Bandung. Mereka mengunjungi salah satu tempat wisata, Tangkuban Perahu dan Ciwalk. Kala itu adalah masa-masa dimana mereka masih sangat kompak satu dengan yang lainnya.
“Cin, lu kenapa? Dari tadi senyam senyum sendiri gak jelas gitu,” tanya Alexa.
“Gak kenapa-napa. Emang gak boleh apa?” tanyanya balik.
“Enggak kenapa-napa sih,” balasnya lagi.
Alexa pun terdiam curiga melihat perilaku Cinta. Namun, tanpa  berpikir panjang, ia membiarkan saja hal itu berlalu. Saat diperjalanan, Cinta tiba-tiba tertawa kegirangan.
“Cin, lu ngapa dah? Udah sarap?” tanya Ria heran.
“Gua jadian,” jawab Cinta singkat.
“Hah? Serius lu?” kata Ria tercengang.
Namun, pertanyaan Ria tak digubris oleh Cinta. Cinta hanya tertawa cekikikan. Perjalanan pun berlanjut dengan lancar. Sesekali mereka berhenti di rest area dan melanjutkan perjalanan mereka lagi. Selanjutnya, mereka sampai di Tangkuban Perahu dengan selamat. Disana, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Sekarang tiba saatnya Alexa dan Shella yang sekelompok. Mereka pergi bersama-sama dengan kelompok mereka. Saat di atas, Alexa dan Shella membeli sebuah gelang berwarna pink sama-sama.
Beberapa jam berlalu. Semua siswa dan siswi sudah berkumpul kembali di parkiran bus dan siap untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Ciwalk.
Sesampainya disana, daerahnya sedang ramai pengunjung. Alexa, Ria, Cinta, Sovi, dan Shella berjalan-jalan di sekeliling kawasan Ciwalk. Mereka menghampiri seorang pedagan kaki lima yang sedang berjualan kalung Dream Cathcer. Untuk kali ini, Cinta yang mentraktir mereka semua. Selanjutnya, mereka pergi ke toko aksesoris dan membeli es krim. Karena waktunya yang sedikit, mereka tidak sempat menjelajah Ciwalk dengan leluasa.
Saatnya perjalanan pulang. Tiba-tiba, entah darimana datangnya, Alexa mengetahui kalau ternyata Cinta jadian sama Romi, mantan pacar Ria dan langsung menanyakannya.
“Cin, lu jadian sama Romi?” tanya Alexa blak-blakan.
“Iya. Baru tau lu?” balas Cinta.
“Hah? Seriusan lu? Dia kan mantannya Ria,” kata Alexa.
“Iya. Serius. Gua udah tau itu juga kali. Kalo gua gak jadian, mana mau gua beliin kalian kalung dream catcher,” jawab Cinta.
“Owh, jadi ini ceritanya PJ nih. Oi temen-temen ternyata ini PJ loh,” teriak Alexa sambil menunjukkan kalung dream catcher barunya. Tapi sangat disayangkan, waktu itu, bis sedang ramai-ramainya. Setiap orang asik dengan dirinya sendiri.
Jelang beberapa minggu kemudian, Romi dan Cinta putus. Cinta yang dilanda kegalauan pun mencari cinta barunya. Lalu, bertemulah ia dengan Aldi. Cinta akhirnya jatuh cinta pada Adli dan mulai mendekatinya via BBM. Namun, sangat disayangkan ternyata Adli tidak memiliki perasaan yang sama dengan Cinta. Cinta yang patah hati curhat dengan para sahabatnya.
“Gila, gua gak nyangka. Yaudah deh, gua mau move on aja,”  curhat Cinta.
“Emang kayak gitu deh harusnya Cin,” sahut Ria.
“Mungkin dia emang bukan jodoh lu kali,” kata Sovi.
“Iya, Cin. Gak usah dipikirin lagi tuh cowok,” balas Shella.
“Tuh kan kata gua apa. Emang tu cowok gak gentle. Lu harus cari yang baru lagi,” kata Ria.
“Lu pada ngomongin apa sih dari tadi?” tanya Lex.
“Bodo amat Lex,” kat Cinta, Ria, Sovi dan Shella bersamaan.
“Hehehe… maap. Otak gua lagi mampet nih,” kata Alexa.
“Bukannya otak lu emang selalu mampet ya,” kata Ria.
“Wah, parah banget lu Ya,” sahut Sovi.
Curhatan Cinta yang tadinya begitu serius pun dipecahkan oleh kebolotan Alexa yang katanya sih lagi gak nyambung. Atau memang ada korsleting listrik di otaknya? Jadi ya gitu deh.

Flashback end…
Tiba-tiba, Alexa tertawa mengingat kejadian itu. Entah kenapa sekarang ia baru merasa sangat bodoh. Dia lalu pergi ke salah satu kamar di apartemennya. Kamar itu tampak gelap, berantakan dan berdebu. Sejak hari pertamanya pindah ke apartemen itu, memang dia hanya menjadikan kamar itu sebagai gudang dan tak pernah membereskannya.
Alexa nampak sibuk membongkar setiap kardus. Dia seperti mencari sesuatu. Tumpukan debu pun tak terhelakan olehnya. ‘Kayaknya gue emang harus beresin ni gudang,’ pikirnya. Setelah lama mencari akhirnya Alexa menemukan barang yang dicarinya. Sebuah buku dengan judul ‘Memory Keeper’. Alexa membawa buku itu ke ruang tamu dan meninggalkan gudang yang sekarang nampak sangat berantakan, bahkan melebihi sebelumnya.
Sambil memakan spaghetti dan meminum teh manis panas, Alexa membuka satu per satu halaman dari buku itu. Buku itu menceritakan tentang kenangan-kenangannya selama bersekolah. Mulai dari ia TK hingga lulus. Terkadang, dia tertawa geli melihat foto atau tulisan dirinya. Lucu memang. Namun, tiba-tiba ia teringat akan perpecahan sahabat-sahabatnya. Tapi, ia tak ingat penyebabnya. Ia mulai berpikir keras untuk mengingatnya.
Keesokkan harinya, tibalah saatnya Lex harus kembali masuk kantor. Kantornya yang megah disertai dengan banyak karyawan sangat serasi dengan penampilan Lex hari itu.
“Morning ms..” kata salah seorang karyawannya.
“Morning,” balasnya tersenyum.
“This letter belongs to you, Ms. Alexa,” kata karyawannya itu.
“From who?” tanya Alexa balik.
“Your ex-school,” jawab karyawannya.
Tanpa basa-basi lagi, Alexa langsung membawa surat itu ke ruangannya. Ia penasaran, surat apakah itu. Tanpa pikir panjang lagi, Alexa langsung membukanya dan membacanya. Ternyata itu adalah surat reuni sekolahnya. Segera ia menghubungi sekretarisnya untuk mengecek jadwal-jadwalnya. Sangat disayangkan, tepat pada hari itu, ia harus pergi ke China. Lalu, ia memutuskan untuk berangkat ke Indonesia sekarang juga. Ia akan melakukan reuni itu terlebih dahulu.
Di pesawat, Lex mencoba mengingat-ingat lagi apa yang membuat persahabatannya terpecah-pecah. Seingatnya, di penghujung kelas 9, mereka tak bersatu padu lagi. Alexa dengan Ria, Sovi dengan Lisa, Shella dengan Janice, Cinta dengan Anti. Apa yang menyebabkannya ya.
Oh iya, semua ini bermula ketika Ria jatuh cinta dengan Adli, mantan gebetannya Cinta. Awalnya, mereka hanya chatting di BBM. Ria chatting dengan Adli hanya untuk membuat Cinta cemburu. Namun lama kelamaan, ternyata Ria dan Adli saling suka. Dan tiba-tiba, Adli menembak Ria.
Flashback…
“Lex, menurut lu, gua terima Adli apa enggak ya?” tanya Ria.
“Gak tau. Kalo masalah kayak gitu jangan tanya sama gua. Tapi, gimana nanti sama Cinta,” jawab Alexa.
“Kata Sovi sama Shella sih terima aja. Karna emang Adli tu dari awal gak suka sama Cinta. Gua sih udah ngomong sama Cinta. Katanya sih dia gak papa,” kata Ria.
“Ya tapi kan tetep aja sih namanya juga cewek. Pasti sakit hati lah Ya. Lu kan sahabatnya,” balas Alexa.
“Jadi gimana dong? Anak-anak sih pada bilang ke gua suruh terima aja,” katanya.
“Ya terserah lu sih. Terima aja juga gua gak masalah,” jawab Alexa polos.
Setelah Alexa menjawab Ria, ia langsung menyesal. Tak seharusnya ia setuju. Karna benar apa yang ada di pikirannya. Setelah Ria menerima Adli, hubungan Ria dan Cinta menjadi awkward. Dan Alexa menjadi kasihan dengan Cinta.
Flashback end…
Ya, dari situlah persahabatannya pecah. Cinta yang merasa semua orang yang sudah sibuk memilih mundur dari persahabatan mereka dan memilih Anti sebagai sahabat barunya.
Waktu tak terasa berlalu dengan cepat. Alexa sudah sampai di sekolah lamanya sambil memakan es krim yoghurt favorit nya.
“Lex? Alexa kan? Kemana aja lu?” tanya seseorang.
“Pak Gembel?” jawabnya.
“Hahaha.. lu ngapain disini,” katanya.
“Kagak ngapa-ngapa. Gua gak bisa ikut reunian ntar. Sibuk gua. Jadinya sekarang aja gua reunian. Hehehe…” jawab Alexa.
“Alahh… sok sibuk lu. Emang sekarang lu ngapain?” tanya orang itu.
“Kerja lah gua. Gua di Inggris. Kok lu masih disini aja sih pak?” tanya Alexa balik.
“Weh, serius lu? Jadi gembel lu di Inggris? Hahaha… iya nih. Gua masih disini-sini aja,” katanya.
“Yaudahlah… dasar gembel. Gua mau chaw dulu dah. Kapan-kapan gua traktir dah lu,” kata Alexa yang kemudian pergi.
Hari-harinya di sekolah terasa terulang kembali. Masih teringat dalam benaknya saat dirinya bersama ke-4 sahabatnya yang lain terjatuh di koridor, berlari di lapangan, tertawa di tangga, bernyanyi di kelas, dan ngobrol di kantin. Rasanya, hari-hari seperti itu tak mungkin dapat tergantikan. Tapi ia masih tak menyangka hanya karena seorang cowok dapat merusak persahabatan mereka. Ingin rasanya suatu hari nanti, ia duduk reuni bersama dengan yang lainnya sambil bercanda gurau seperti dulu.

~THE END~